Batik
(oleh Endar Setyawan, guru SMK Bhinneka Karya Surakarta, 22 September
22)
Batik adalah kain bergambar yang
dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain,
kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan
kain batik (KBBI, 2007).
Pengertian, Jenis,
Motif dan Proses Pembuatan Batik
Berdasarkan etimologi dan
terminologinya, istilah batik berasal dari bahasa Jawa yang merupakan rangkaian
dari kata "mbat" yang artinya ngembat atau melempar berkali-kali dan
"tik" yang artinya titik. Jadi, membatik artinya melempar titik berkali-kali
pada kain. Ada pula yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari kata
"amba" yang berarti kain yang lebar dan kata titik. Artinya batik
merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian
sehingga menghasilkan pola-pola yang indah (Musman dan Arini, 2011).
Sedangkan menurut Endik (1986),
batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk
membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan, sedang warna itu
sendiri dicelup dengan memakai zat warna bisa.
Jenis-jenis Batik
Berdasarkan teknik pembuatan batik,
terdapat empat jenis batik yaitu sebagai berikut (Lisbijanto, 2013):
a. Batik Tulis
pada kain dengan menggunakan
tangan, alat-alat yang diperlukan antara lain: Canting, Gawangan, Wajan, kauli,
Anglo, Tipas/ Tepas. Pembuatan batik tulis membutuhkan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi karena setiap titik dalam motif berpengaruh pada hasil
akhirnya. Motif yang dihasilkan dengan cara ini tidak akan sama persis.
Kerumitan ini yang menyebabkan harga batik tulis sangat mahal. Jenis batik ini
dipakai raja, pembesar keraton, dan bangsawan sebagai simbol kemewahan.
b. Batik Cap
Batik cap adalah batik yang dibuat
dengan menggunakan cap atau semacam stempel motif batik yang terbuat dari
tembaga. Cap digunakan untuk menggantikan fungsi canting sehingga dapat
mempersingkat waktu pembuatan. Batik cap dihasilkan dari proses pencelupan semacam
alat yang dibuat dari tembaga yang sudah dibentuk sedemikian rupa pada kain.
Motif batik cap dianggap kurang memiliki nilai seni karena semua motifnya sama
persis. Harga batik cap cukup murah karena dapat dibuat secara masal.
c. Batik kombinasi cap
dan tulis
Batik Kombinasi (Tulis dan Cap)
adalah batik yang dibuat dalam rangka mengurangi kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada produk batik cap, seperti motif besar dan seni coretan yang tidak
dapat dihasilkan dengan tangan. Dalam proses pembuatan batik kombinasi ini
memerlukan persiapan-persiapan yang rumit, terutama pada penggabungan motif
yang ditulis dan motif capnya, sehingga efisiensinya rendah (hampir sama dengan
batik tulis) dan nilai seni produknya disamakan dengan batik cap. Adapun proses
pembuatannya melalui tahap persiapan, pemulaan (untuk motif besar), pembatikan
(motif yang tidak dapat dicap), pencapan, pewarnaan, pelorodan dan
penyempurnaan.
d. Batik Printing
Batik printing disebut juga dengan
batik sablon, karena proses pembatikan jenis batik ini sangat mirip dengan
proses penyablonan. Motif batik telah di buat dan desain diprint di atas alat
offset/sablon, sehingga dapat sangat memudahkan pengerjaan batik khususnya
pewarnaan dapat langsung dilakukan dengan alat ini.
Proses Pembuatan Batik
Menurut Riyanto (1997), proses
pembuatan batik dilakukan melalui proses berikut ini, yaitu:
Pencucian mori. Tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk
menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan kain ke minyak
jarak/minyak kacang dalam abu merang/londo agar kain menjadi lemas), dan daya
serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang tetap baik, kain
dikanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan (kain mori dipalu
untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik).
Nyorek/mola. Membuat pola di atas kain dengan cara meniru pola yang
sudah ada (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat di atas kertas dan kemudian
dijiplak sesuai pola di atas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat
pola di atas kain langsung dengan canthing maupun dengan menggunakan pensil.
Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu
mengulang batikan di kain sebaliknya. Proses ini disebut gagangi.
Membatik/nyanting. Menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai
dengan nglowong (menggambar garis luar pola dan isenisen). Di dalam proses
isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di dalam pola yang sudah
dibuat, misalnya titiktitik. Ada pula istilah nruntum yang hampir sama dengan
isenisen namun lebih rumit. Lalu dilanjutkan dengan nembok (mengeblok bagian
pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan warna yang lain).
Medel. Pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara
berulang kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.
Ngerok dan nggirah. Malam pada kain mori dikerok dengan lempengan
logam dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering.
Mbironi. Menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau
titik dengan malam.
Nyoga. pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada
bagian-bagian yang tidak ditutup malam.
Dasar Motif Batik
Batik memiliki berbagai bentuk,
seperti bentuk alam maupun geometris. Asal penciptaan motif batik berasal dari
daya cipta nenek moyang. Selanjutnya batik dikembangkan secara turun temurun
oleh masyarakat, sehingga antara masyarakat di daerah satu dengan yang lainnya
memiliki perbedaan. Terdapat empat dasar motif batik, yaitu (Yudhistira, 2016):
Corak Utama. Merupakan ornamen unsur pokok yang sering digunakan
menjadi nama batik yang dibuat. Corak utama merupakan penghayatan pembatik
terhadap alam pikiran serta falsafah yang dianutnya. Bagian ini merupakan
ungkapan perlambangan atau biasanya menjadi nama kain.
Isen-isen. Isen-isen merupakan corak tambahan. Corak ini hanya
sebagai pengisi latar kain khususnya pada bidang kosong di sela-sela corak
utama. Umumnya isen-isen berukuran kecil dan dibuat sesudah corak utama selesai
digambar. Corak isen-isen memiliki nama tersendiri untuk setiap macamnya.
Corak Pinggir. Corak pinggir kain atau pinggiran biasanya dijumpai
pada kain-kain panjang batik pesisir dan kain sarung. Pada kedua jenis kain ini
pinggiran terletak pada sisi memanjang kain. Seperti juga corak utama dan
isen-isen, corak pinggir hadir dalam aneka ragam bentuk.
Corak-corak Larangan. Pada batik keraton terdapat corak-corak
tertentu yang hanya diperuntukkan bagi kalangan raja dan kerabatnya saja.
Corak-corak ini disebut corak larangan. Artinya, masyarakat umum yang bukan
keturunan ningrat tidak diperkenankan mengenakannya.
Jenis Motif dan Makna
Batik
1. Cuwiri. Diharapkan pemakainya terlihat
pantas dan dihormati.
2. Sidomukti. Diharapkan selalu dalam
kecukupan dan kebahagiaan.
3. Kawung. Biasa dipakai raja dan
keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
4. Pamiluto. Pamiluto berasal dari kata
pulut, berarti perekat.
5. Parang Kusumo. Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya
terlihat indah.
6. Ceplok Kasatrian. Dipakai golongan
menengah ke bawah, agar terlihat gagah.
7. Nitik Karawitan. Pemakainya orang yang
bijaksana.
8. Truntum. Truntum artinya menuntun,
diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
9. Ciptoning. Diharapkan pemakainya
menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar.
10. Tambal. Ada kepercayaan bila orang
sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena
tambal artinya menambah semangat baru.
11. Slobog. Slobog bisa juga lobok atau
longgar, kain ini biasa dipakai untuk melayat.
12. Parang Rusak Barong. Parang
menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan motif batik ini bisa
berlipat kekuatannya.
13. Udan Liris. Artinya udan gerimis,
lambang kesuburan.
dimodifikasi dari
Riadi,
Muchlisin. (2019). Pengertian, Jenis, Motif dan Proses Pembuatan Batik. Diakses
pada 22/9/2022, dari
https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-jenis-motif-dan-proses-pembuatan-batik.html