Senin, 10 September 2012

MATAH ATI

SINOPSIS MATAH ATI

Matah Ati adalah sebuah kisah nyata tentang cinta dan perjuangan di Tanah Jawa pada Abad 18. Matah Ati adalah cerita perjuangan dan perjalanan cinta seorang wanita biasa bernama Rubiyah yang berjuang melawan penjajah bersama dengan Raden Mas Said yang dijuluki sebagai Pangeran Sambernyawa. Matah Ati juga menceritakan kisah berdirinya Istana Mangkunegaran, karena pernikahan Rubiyah, yang diberi nama Bandoro Raden Ayu Kusuma Matah Ati setelah menikah dengan Raden Mas Said, adalah cikal bakal dari para penguasa Istana Mangkunegaran.


“Matah Ati” adalah sebuah kisah perjalanan dan perjuangan cinta yang terjadi di Jawa pada abad ke-18 tentang gadis desa bernama Rubiyah. Beliau kemudian menjadi bagian dalam masa perjuangan R.M.Said melawan penjajahan Belanda di tanah Jawa dimana ia menarik perhatian seorang ksatria ningrat Jawa yaitu R.M. Said yang juga dikenal Pangeran Sambernyowo yang kemudian jatuh cinta kepadanya.

Hingga 16 tahun peperangan dan pemberontakan usai dengan kekalahan lawan, maka jadilah Raden Mas Said menjadi Raja bergelar Mangkunegara I dan Rubiyah menjadi permaisuri/istri dengan nama RADEN AYU KUSUMA MATAH ATI karena lahir di desa Matah dan bisa juga diartikan ‘Melayani hati sang pangeran’, melalui beliaulah turun generasi raja-raja Mangkunegaran.

Raden Mas Said adalah cucu dari Amangkurat 4, pada waktu itu hasil dari peperangan dan pemberontakan akhirnya menghasilkan perundingan yang dikenal dengan Perjanjian Giyanti. Perundingan perdamaian itu menjadikan kerajaan di Jawa terbelah menjadi empat yaitu Kasoeltanan Ngajogjakarta dan Pakoealaman Jogjakarta serta Kasoenanan Soerakarta dan Mangkoenegaran Soerakarta (Solo). Cerita indah ini dirajut dengan tema cinta, belas kasih, keberanian, keputusasaan dan sukacita.

‘Matah Ati’ menampilkan keagungan dan perjuangan wanita serta merupakan suatu fakta historis bahwa pada abad ke-18 sudah ada pejuang- pejuang wanita yang tangguh untuk menumpas keangkara murkaan dan ketidakadilan. Dengan kata lain, peran Rubiyah tidak hanya menjadi seorang istri/ibu yang selalu berada di wilayah urusan domestik (rumah tangga) dan wanita tani yang bisa menarikan tarian Jawa, seperti Srimpi, Bedaya dan lain-lain, melainkan juga mampu mendampingi R.M.Said dalam memimpin perang serta memimpin 40 prajurit wanita di medan perang layaknya laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Soal Seni Budaya Penilaian Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023

Soal Penilaian Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023 Mata Pelajaran : Seni Budaya Pengajar                     : Drs. Endar S...