Kamis, 28 Oktober 2021

SENI MUSIK

 Musik, sebagai salah satu cabang seni, tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai     bagian dari kehidupan manusia, musik terdapat dalam setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia, Barat, dan Timur. Musik dapat dipandang sebagai kebutuhan ekspresif manusia, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengekspresikan perasaan, emosi,     atau gagasannya tentang kehidupan.


 1.    Pengertian Musik


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar musik, seperti di rumah, sekolah, mall,                    tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain.

        Pengertian musik secara umum yaitu :

        Musik adalah bunyi yang disukai oleh manusia.

        Musik adalah bunyi yang terdiri dari ritmik dan melodi yang teratur.

        Musik adalah bunyi yang enak untuk didengar (Schafer, 1995).

Berdasarkan definisi “musik adalah bunyi yang disukai manusia” maka memandang bahwa jazz             merupakan musik, sedangkan dangdut mungkin tidak disukai akan kamu anggap sebagai ‘bukan musik’

Bagaimana dengan definisi kedua, “musik adalah bunyi yang terdiri dari ritmik dan melodi”? Bagaimana pendapat kamu tentang definisi ini? Coba kamu cari dokumentasi audio dari internet atau sumber lain tentang musik yang banyak dimainkan oleh kelompok-kelompok masyarakat misalnya di Afrika atau Irian. Mereka seringkali memainkan instrumen-instrumen perkusif atau instrumen tidak bernada, seperti gendang atau drum, tepukan tangan, atau hentakan kaki, yang menghasilkan bunyi ritmis tanpa melodi.

 “musik adalah bunyi yang enak untuk didengar”? “Enak” merupakan suatu konsep yang memiliki makna yang berbeda pada masing-masing orang. Coba kamu bandingkan musik yang terdengar di telinga dengan rasa pedas pada suatu jenis makanan yang dirasakan oleh lidah kita. Bagi sekelompok orang yang terbiasa dengan rasa pedas, makanan itu dikatakan ‘enak’ karena mereka terbiasa dengan rasa pedas itu. Namun, rasa pedas dapat dirasakan ‘tidak enak’ oleh kelompok orang lain karena mereka tidak biasa dengan rasa pedas itu. Begitu juga dengan musik yang terdengar enak di telinga untuk jenis tertentu bagi yang menyukainya.

Musik Tradisional adalah musik yang hidup dan berkembang secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Dengan istilah lain musik tradisional disebut karawitan. Karawitan merupakan kesenian daerah yang diwujudkan dalam bentuk bahasa bunyi. Sebagaimana diungkapkan Suryana dalam Budiwati (1985) Karawitan adalah musik daerah-daerah di Indonesia. Musik adalah salah satu cabang kesenian yang mempergunakan bunyi, suara, dan nada sebagai bahan bakunya (substansi dasar). Hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang unik dan khas. Jenis musik yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah itu memiliki kekhasan dan keunikan sebagai ciri budayanya, hal itu dapat dilihat dari teknik permainannya, bentuk penyajiannya, fungsinya, maupun organologi bentuk alat musiknya, seperti gamelan dari Sunda, Jawa, dan Bali, Gambang Kromong dan Tanjidor dari Betawi, Tarling dari Cirebon, Gondang dari Sunda dan Batak, Tarawangsa dan Angklung dari Sunda, Kolintang dari Sulawesi Utara, Talempong dari Sumatera, Safe dari Kalimantan, Tifa Totobuang dari Maluku, Bijol dan Sasando dari Nusa Tenggara Timur, Pa’bas dari Toraja Sulawesi Selatan, dsbnya. Musik tradicional ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat, yang perlu ditumbuhkembangkan dan dilestarikan serta dipertahankan nilai-nilai estetisnya untuk menambah perbendaharaan seni yang ada di masyarakat.

2. Musik Sebagai Simbol

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam kelompok masyarakat. Keberagaman kelompok masyarakat di Indonesia tersebut berdampak pula pada keberagaman hasil kebudayaan. Salah satu hasil kebudayaan dari setiap kelompok masyarakat adalah seni, termasuk musik.

Musik, seperti halnya cabang seni lain, sangat sarat dengan simbol-simbol tertentu yang berhubungan erat dengan makna tertentu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Simbol-simbol tersebut tampak pada karakter bunyi yang dihasilkan oleh instrumen-instrumen tersebut (musikal), termasuk vokal/suara manusia. Secara musikal, simbol-simbol musik dapat tampak pada elemen-elemen di dalamnya, seperti tinggi-rendahnya nada, ritme, dinamika, atau tempo.

Masing-masing elemen musik sebagai simbol musik.

>   Pertama, nada atau melodi yang diproduksi oleh instrumen, termasuk suara manusia atau vokal. Misalnya, bagaimana kamu memaknai suara tinggi, nyaring, atau melengking (seperti kicauan burung, sirene ambulan, suara bel sepeda) dan suara rendah (seperti suara instrumen bas).

>   Simbol musik selanjutnya adalah ritme.

>   Simbol musik juga dapat dilihat dari dinamika musik/bunyi.

Rangkaian bunyi yang awalnya terdengar lembut yang semakin lama semakin keras (crescendo)

Rangkaian bunyi yang awalnya terdengar keras tetapi semakin lama semakin lembut, bahkan menghilang (decrescendo)

>   Tempo juga dapat dipandang sebagai simbol musik.

Simbol musik juga dapat dilihat dari aspek nonmusikalnya. Salah satu contoh simbol nonmusikal adalah instrumen musik berdasarkan pada bentuk, bahan pembuat instrumen, warna, atau ornamen-ornamen yang tampak pada instrumen tersebut. Salah satu contoh bentuk simbol ditinjau dari bahan dasar instrumennya adalah instrumen tradisional masyarakat Sunda, seperti suling Sunda, baik suling Sunda lubang enam maupun lubang empat.

Selain suling, instrumen musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu adalah angklung. Dalam masyarakat Sunda, angklung terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah jenis Angklung Sunda/Indonesia, yaitu jenis angklung yang seringkali kita lihat dalam pertunjukan-pertunjukan musik. Dalam proses permainan musik angklung, pemain ada yang memegang satu buah angklung, tetapi dapat pula satu orang pemain dapat memegang banyak nada.

Instrumen yang terbuat dari bambu, misalnya, tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi digunakan pula di banyak negara lain, seperti;

> Filipina (marimba, angklung, tumpong),

> Thailand (khene),

> Vietnam (Dan Bau),

> Arab (nay atau serunai Arab),

> Jepang (shakuhachi), dan

> Cina (dizi).

Ditinjau dari aspek musikal, bunyi yang dihasilkan dari instrumen dari bambu dipandang dapat lebih mengekspresikan gagasan mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat.

Bunyi instrumen yang terbuat dari bambu seringkali dipandang menghasilkan bunyi yang ‘indah’ oleh masyarakat pendukungnya. Misalnya masyarakat Sunda, penilaian ‘indah’ terhadap bunyi yang dihasilkan oleh angklung tersebut tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang akrab atau dekat dengan lingkungan alam.


> Nilai Estetika Musik

Sebagaimana dikatakan Sedyawati (1993) bahwa: “Nilai seni memiliki arti sebagai nilai budaya yang didapatkan khusus dalam bidang seni yang berkenaan dengan hakikat karya seni dan hakikat berkesenian”. Merujuk pandangan itu kita dapat memaknai bahwa kesenian khususnya seni musik merupakan simbol dari suatu hasil aktivitas manusia didalam menjalani kehidupannya, dan hasil kreativitas bermusik yang memiliki nilai estetis. Nilai estetis yang identik dengan keindahan itu, terkandung dalam konteks seni musik tradisional, memiliki ciri garapan berdasarkan pola-pola yang sudah baku. Seni musik tradisional juga merupakan sebuah konfigurasi gagasan dan symbol kekuatan yang melampaui batas-batas realitas hidup yang ada, karena melalui pernyataan rasa estetis dan gagasan itulah musik dapat dijadikan sebagai ciri identitas budaya masyarakat pendukungnya. Jika kita mengkaji fenomena-fenomena seni musik tradisional yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia, baik berupa lagu maupun alat musik atau instrument, senantiasa akan merujuk pada sociocultural masyarakat pendukungnya, yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan estetis, selain dapat dipergunakan dalam berbagai kepentingan seni budaya mulai dari kegiatan ritual keagamaan sampai kepada hiburan dan pertunjukan.


Simbol tidak hanya tampak pada instrumen, tetapi juga pada suara manusia. Sekarang, mari kita dengarkan melodi awal dalam lagu Keroncong Kemayoran yang digolongkan ke dalam genre musik keroncong.


 3.    Jenis Musik Tradisional

Dalam konteks estetik, jenis seni musik baik musik barat maupun musik tradisional  merupakan bahasa simbolik yang bersifat dinamis. Secara umum bahasa musik dapat  digolongkan menjadi tiga bentuk penyajian yaitu musik vokal, musik instrumen, dan musik  campuran.

> Musik vokal adalah seni suara yang dihasilkan melalui mulut manusia.

> Musik Instrument adalah seni suara yang dihasilkan oleh suara alatalat musik atau media bunyi-bunyian.

> Seni musik campuran adalah seni suara yang dihasilkan dari paduan seni suara vokal dan bunyi instrumen.

Dilihat dari segi pergelarannya, seni karawitan atau musik tradisional dapat dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:

> Karawitan Sekar adalah seni suara, atau vokal daerah yang diungkapkan melalui suara mulut manusia yang bersentuhan dengan nada, bunyi atau instrumen pendukungnya. Sekar merupakan pengolahan suara yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Fungsi sekar secara khusus adalah memformulasikan dan mengungkapkan ungkapan perasaan melalui kata dan senandung dengan media seni suara manusia sebagai penghantarnya.

> Karawitan Gending adalah seni suara yang diungkapkan melalui alat musik daerah, atau alat bunyi-bunyian. Arti Gending itu sendiri merupakan susunan nada-nada yang mempunyai bentuk yang teratur menurut konpensi tradisi. Menurut Machyar Angga Kusumadinata seorang tokoh karawitan Sunda mengatakan “gending ialah aneka suara yang didukung oleh suara-suara tetabuhan”. Pengertian dari tetabuhan tersebut tidak terbatas pada alat-alat gamelan saja, akan tetapi alat-alat non gamelan pun terdapat di dalamnya, seperti siter/ kecapi sebagai musik petik, calung, angklung, alat perkusi, alat alat musik tiup dan alat musik gesek.

Musik instrument dalam istilah karawitan disebut gending dapat diklasifikasikan berdasarkan cara produksi suara dan sumber bahan yang berbunyi yaitu:

chardophone yaitu kelompok alat musik yang sumber bunyinya dari dawai (kawat atau snar),

idiophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari badan alat musik itu sendiri, yang terbuat dari bahan perunggu, besi, kayu,

membranophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari kulit atau paber glass,

aerophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari udara,

electrophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari aliran listrik – electronic.


 Selain itu musik instrumen dapat dilihat dari Cara memainkannya atau membunyikannya, dikarenakan dalam seni musik tradisional, alat musik sangat beragam, yaitu bisa disajikan dengan cara dipukul, dipukulkan, dipetik, ditepuk, ditepak, digoyang, ditiup, diisap, dan digesek. Selanjutnya musik tradisional itu dapat dilihat dari Cara pengolahan suara atau nada, yaitu dilihat dari panjang pendeknya, besar kecilnya, tipis tebalnya alat/waditra untuk wilahan, cembung cekungnya waditra penclon, besar kecilnya volume udara dalam lubang resonator, dan tegangan senar atau kawat, serta kencang kendurnya tali atau rarawat yang dalam waditra kendang, dogdog, terbang, bedug dan sejenisnya.


    Karawitan Sekar Gending adalah bentuk penyajian seni suara daerah yang memadukan sekar dan gending. Sekar gending memiliki arti bentuk sajian seni suara dalam bentuk nyanyian yang diiringi instrumen. Kedua jenis seni suara itu mempunyai tugas yang sama beratnya, keduanya saling mengisi dan mempunyai keterkaitan yang tak dapat dipisahkan.


Ketiga bentuk karawitan di atas, masing-masing mempunyai cabangcabangnya yang berbeda satu sama lainnya. Perlu diketahui bahwa faktor lingkungan dalam masyarakat memang memberikan warna dan citra tersendiri pada masing-masing bentuk music tradisional itu. Selain itu teknik pergelaran, teknik suara, pola garaf, motif tabuhan alat musik, dan aspek musikal dapat membawa perbedaan dari jenis dan bentuknya.


4.    Fungsi Musik

a.      Fungsi Musik Tradisional

Fungsi music sebagai hiburan. Konsep ‘fungsi’ mengundang pandangan subjektif seseorang tentang suatu pengalaman yang pernah ia peroleh dalam kehidupannya.

b.      Fungsi Alat Musik Tradisional

Dalam penyajiannya masing-masing alat musik/waditra memiliki fungsi yang berbeda, antara lain alat musik tradisional itu berfungsi untuk:

1) Pengisi suasana dalam suatu adegan sendratari atau gending karesmen. 

2) Sarana komunikasi, 

3) Sarana pertunjukan dan hiburan yang bersifat sosial maupun komersial ,

4) Sarana Ekspresi diri dan kreasi.

Secara khusus fungsi alat/waditra musik dalam kelompok gamelan adalah diantaranya:

waditra kenong pada prinsipnya permainan kenong merupakan aksen-aksen untuk memperkuat tabuh selentem, dan goong yang berfungsi sebagai penjaga irama atau anggeran wiletan (inter punctie),

waditra Kendang dan Bonang Degung, kacapi indung sebagai anceran wiletan yaitu alat musik yang dapat dijadikan sebagai pembawa/ pengatur irama yang memberi pengarahan dan menentukan embat atau tempo dari suatu lagu,

waditra rebab, suling, gambang berfungsi sebagai amardawa lagu atau melodi lagu,

waditra selentem, demung, saron, jentreng, diperankan sebagai arkuh lagu, atau balungan gending (cantus firmus), juga berfungsi sebagai kerangka lagu, serta

waditra rincik, kacapi rincik, gambang, suling sebagai adumanis lagu atau waditra-waditra yang memberikan ornament (lilitan melodi).


 Apabila kita melihat dari kuantitas waditra yang disajikan, maka akan terlihat adanya bentuk ansambel, seperti adanya kelompok:


a.       Ansambel besar yaitu sajian gending gamelan Pelog Salendro, gamelan Sekaten atau Gamelan Bali

b.      Ansambel Sedang seperti gamelan Degung, Renteng, Tarling, Angklung,

c.      Ansambel kecil seperti Talempong, tatagani, rengkong, Gondang

d.      Ansambel mandiri seperti Karinding, Calung, Dogdog, Kacapian.


Gamelan Gong Gede yang biasanya melibatkan 30-50 orang pemain, memiliki suara yang agung, sehingga sering dipakai untuk memainkan tabuhtabuh gending klasik yang dinamis, dan difungsikan untuk mengiringi kegiatan upacara-upacara besar keagamaan di pura-pura dan pengiring upacara istana, termasuk untuk mengiringi tari-tarian upacara seperti Tari Topeng, Tari Rejang dan Tari Pendet. Dari berbagai sumber temuan diperoleh informasi bahwa musik gamelan dapat dimainkan dengan cara individu/semdiri sebagai konser musikal, dan bisa juga difungsikan sebagai musik pengiring vokal, pengiring pertunjukkan wayang, pertunjukan tari-tarian, upacara budaya ritual, upacara keagamaan, pesta rakyat (hajat laut, hajat hasil bumi), pengiring acara seremonial bagi keluarga kerajaan, serta gamelan dapat difungsikan sebagai media pendidikan music tradisional di sekolah dan luar sekolah juga digunakan sebagai media kreativitas untuk membuat komposisi musik modern.

Jenis alat musik tradisional lainnya yang berasal dari daerah Minahasa Sulawesi utara adalah Kolintang. Alat musik Kolintang ini terbuat dari kayu. yang dimainkan oleh enam orang. Menurut informasi dari beberapa sumber nama Kolintang berasal dari suara tang (nada rendah), ting (nada tinggi), dan tong (nada sedang/biasa) ditemukan oleh orang Minahasa bernama Lintang. Alat musik Kolintang ini difungsikan untuk mengisi berbagai acara seperti pesta pernikahan, peresmian, keagamaan dan pada acara pertandingan

Rapai adalah alat music tradisional yang berasal dari NAD Sumatera, terbuat dari bahan dasar kayu dan kulit binatang, bentuk seperti Rebana. Rapai yang memiliki ragam jenisnya (Rapai Pasee, Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng, Rapai Pulot, dan Rapai Anak) merupakan sejenis alat music perkusi yang berfungsi sebagai pengiring seni tradisional.

Sampe Alat music sejenis gitar ini merupakan alat yang dimainkan dengan cara dipetik

dengan dawai 3-4 di bagian badan alat musik itu biasanya diberi ornament ukiran khas suku Dayak. berfungsi untuk mengiringi bermacammacam tarian


Demikian materi musik tradisional ini, semoga dapat menjadi wawasan. Terima kasih


Kamis, 21 Oktober 2021

Musik Tradisional

Pengertian musik tradisional

Pengertian musik tradisional termasuk bagian dari keragaman jenis musik. Bentuk dan kekhasan musik tradisional bisa berbeda-beda dari satu budaya ke budaya lainnya. Ini membuat musik ini begitu unik dan dicintai.

Dalam pengertian musik tradisional, terdapat ciri dan fungsi yang membentuknya. Pengertian musik tradisional membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan musik yang melimpah. Tiap daerah, suku, atau komunitas, memiliki musiknya sendiri.

Dari pengertian musik tradisional dapat dilihat bahwa musik ini tak lekang oleh waktu dan dilestarikan oleh generasinya.

Pengertian musik tradisional mewakili sejarah, tradisi, dan pemikiran suatu daerah atau komunitas.

Keanekaragaman musik tradisional menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Memahami pengertian musik tradisional bisa membantu mengenal lebih sebuah budaya.

Berikut pengertian musik tradisional, ciri, dan fungsinya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber,

Pengertian musik tradisional adalah musik yang hadir dalam sebuah masyarakat dan diwariskan secara turun temurun. Kedaerahan, keunikan, dan ada dalam waktu yang lama menjadi poin penting dalam pengertian musik tradisional.

Jenis musik ini diciptakan oleh orang-orang yang menetap di satu lokasi tertentu, dimainkan atau dilantunkan secara khas. Biasanya musik tradisional dalam tradisi lisan. Mereka dipelajari melalui pendengaran, alih-alih literatur tertulis.

Pada akhirnya, musik tradisional menjadi bagian dari identitas sebuah daerah. Musik daerah sering dimainkan dalam upacara adat atau hiburan rakyat. Musik tradisional mengandung jejak budaya lokal, dan nama-nama komposer umumnya tidak diketahui.

Ciri-ciri musik tradisional

Berikut ciri-ciri musik tradisional, menurut Rulita (2017):

Diwariskan dan dipelajari secara lisan

Pengertian musik tradisional adalah musik yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses pewarisannya biasanya dipelajari secara lisan. Ketika generasi sebelumnya hendak mewariskan sebuah seni musik tradisional kepada generasi penerusnya, maka yang dilakukan adalah mengajari para generasi muda secara langsung dari mulut ke mulut, begitupun ketika generasi muda harus mewariskannya kembali kepada generasi mendatang.

Tidak memiliki notasi

Karena musik tradisional dipelajari secara lisan, pelakunya tidak memiliki catatan seperti panduan, partitur atau semacamnya. Ide dari musik tradisional biasanya tidak tertulis, tidak bernotasi, atau tidak memiliki partitur.

Bersifat informal

Kebanyakan dari seni musik tradisional yang ada hingga saat ini tidak bersifat formal. Meski memang ada beberapa musik tradisional yang digunakan untuk kegiatan beribadat sebuah suku. Ini karena biasanya daerah yang menciptakan sebuah musik khas diinisialisasi untuk hiburan atau seni karya yang dapat menghibur masyarakatnya.

 Pemainannya tidak terspesialisasi

Pada umumnya, pemain atau orang-orang yang memainkan musik tradisional biasaya adalah orang-orang yang berasal dari daerah asal musik tradisional tersebut meski tidak menutup kemungkinan orang lainpun dapat memainkannya. Biasanya juga orang-orang tersebut tidak hanya mempelajari satu jenis alat musik atau satu jenis musik. Banyak dari mereka yang mampu memainkan bermacam-macam alat musik.

Berbahasa daerah

Dakam pengertian musik tradisional, musik ini pada umumnya menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Seni musik tradisional biasanya turut menghadirkan melodi atau alunan musik yang sesuai dengan karakter daerahnya. Misalnya, lagu Jawa memiliki alunan musik yang mendayu-dayu dan halus seperti karakter kebanyakan orang Jawa.

Melibatkan alat musik daerah

Pada umumnya, lagu-lagu daerah yang merupakan seni musik tradisional dibawakan atau dimainkan dengan alat-alat musik tradisional daerah tersebut.

Merupakan bagian dari masyarakat

Musik tradisional benar-benar penggambaran dari kebudayaan atau karakter suatu daerah. Hal itu membuat siapa saja yang mendengarkan musik tradisional dapat menebak dari mana adal daerah musik tradisional tersebut.

Fungsi Musik Tradisional

Berikut fungsi musik tradisional dikutip dari E-Modul Kemendikbud:

Sarana upacara adat budaya

Pengertian musik tradisional di Indonesia biasanya berkaitan erat dengan upacara-upacara kelahiran, kematian, perkawinan serta keagamaan dan kenegaraan. Pada beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu dipercaya mempunyai kekuatan magis. Oleh sebab itu, instrumen dalam musik tradisional digunakan sebagai sarana kegiatan adat istiadat masyarakat.

Pengiring Tarian

Di berbagai wilayah di Indonesia, bunyi-bunyian atau musik dibuat oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian khas daerah. Oleh karena itu, kebanyakan tarian khas daerah di Indonesia hanya dapat diiringi oleh musik daerahnya sendirisendiri.Selain musik daerah, musik pop dan dangdut juga digunakan untuk mengiringi berbagai tarian modern, seperti poco-poco, dansa dan lain sebagainya.

Sarana Hiburan

Musik adalah salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas kegiatan harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Biasanya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika terdapat pertunjukan musik di daerah mereka, mereka akan langsung.

Sarana Komunikasi

Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi-bunyi tertentu yang mempunyai makna tertentu untuk anggota kelompok masyarakatnya. Biasanya bunyibunyian itu mempunyai pola ritme tertentu dan menjadi tanda untuk anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan tertentu. Alat yang biasa dipakai dalam masyarakat Indonesia yaitu kentongan, lonceng di gereja dan bedug di masjid.

Sarana Ekspresi Diri

Bagi para seniman (baik pencipta lagu ataupun pemain musik) musik merupakan media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik juga, mereka mengungkapkan perasaan ataupun emosi, pikiran, gagasan, dan cita-cita tentang diri, masyarakat, dunia dan Tuhan.

Sarana Ekonomi

Bagi para musisi dan artis profesional, musik tidak saja sekadar berguna sebagai sarana ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam hasil karya seni mereka dalam bentuk pita kaset dan CD serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya tersebut mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup. Selain dalam bentuk kaset dan CD, para musisi juga melaksanakan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukannya tidak hanya diselenggarakan di suatu tempat, namun juga dapat diselenggarakan di daerah-daerah lain di Indonesia ataupun luar Indonesia.

Kamis, 14 Oktober 2021

Materi Seni BudaYa 151021

 Kritik Karya Seni Rupa


Pernahkah kalian mendengar komentar teman saat melihat baju kamu yang baru? 

“Iiih.. bagus amat sih modelnya. Aku suka deh warnanya. Apalagi ada pernik-

perniknya, kereeen…, Tapi,..kerah lehernya itu gak maching dengan motifnya yang 

imut.” Itulah satu respon atau tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat, baik dari 

kelebihan dan kekurangannya. Tanpa disadari teman kamu tengah memberikan satu 

penilaian terhadap fenomena yang dilihatnya. 

Apa yang dikomentari teman kamu secara garis besarnya dapat pula diterapkan

terhadap karya seni rupa. Kamu dan teman kamu dapat memberikan tanggapan dari

apa yang terlihat maupun dari aspek lainnya.

Komentar, tanggapan, respon, argumen atau penilaian tersebut secara konsepnya

bisa dikategorikan sebuah kritik dalam pembelajaran karya seni rupa. Melalui 

prosedurnya kegiatan kritik memberikan kesempatan kepada kita untuk masuk ke 

dalam ruang pemikiran dan perasaan perupa yang mengekspresikan karya tersebut.

Memberikan kritik karya seni rupa bukan berarti kita mencari kesalahan, mencaci, 

menghakimi atau menjelek-jelekan karya yang kita lihat, namun kita berupaya

memberikan tanggapan dengan memahami bagaimana dan mengapa karya tersebut 

diekspresikan perupa sehingga menjadi komunikasi seni yang berkualitas antara kita

dengan perupa dan karyanya.

 

Pengertian Kritik

Kritik karya seni rupa pada dasarnya merupakan kegiatan menanggapi karya seni 

rupa dengan tujuan memahami kelebihan dan kekurangan karya tersebut.

1. Konsep Kritik Karya Seni Rupa

Banyak istilah atau pengertian Konsep yang dikemukakan oleh para ahli, namun 

secara garis besarnya bisa kita simpulkan bahwa Konsep merupakan suatu abstraksi 

atau gambaran utama dalam pembentukan pengetahuan dari berbagai macam 

karakteristik yang mewakili sejumlah objek tentang situasi, peristiwa, dasar 

pemikiran, ide atau gambaran mental yang membawa arti.

Konsep kritik karya seni rupa merupakan abstraksi yang berkaitan dengan 

pengamatan yang dilengkapi dengan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, 

prinsip estetik, struktur, unsur seni rupa dan gaya pribadi. 

Secara garis besarnya konsep kritik seni rupa menggambarkan pengetahuan yang 

mewakili visual maupun makna terkandung dalam sebuah karya tersebut. 

Untuk itu, dibutuhkan konsep aktivitas pengamatan kritik karya seni rupa:

1). Sumber Inspirasi

Satu kritik seni rupa dapat diungkapkan dari mana sumber inspirasi sang perupa 

dalam berkarya. Sumber inspirasi bisa dihadirkan dari realitas internal yaitu 

dalam diri sang perupa sendiri, berupa harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, 

gairah, khayal, dsb. Sementara sumber lainnya bisa digali dari realitas eksternal 

yaitu interaksi perupa dengan lingkungannya, berupa keindahan alam, 

kemiskinan, ketidakadilan, sosok yang dibanggakan, dan lain sebagainya. 

2). Interes Seni

Interes seni merupakan daya tarik atau pesona sebuah karya seni.

a. Interes pragmatis, yaitu daya tarik yang menempatkan seni sebagai 

instrumen pencapaian tujuan, seperti dakwah, politik, dsb

b. Interes reflektif, yaitu daya tarik yang menempatkan seni sebagai 

pencerminan realita dengan dunia khayal menjadi sesuatu yang ideal.

c. Interes estetis, yaitu daya tarik yang menempatkan seni sebagai nilai 

keindahan semata. 

3). Interes Bentuk

Interes bentuk seni rupa merupakan daya tarik yang hadir dari wujud visual karya 

tersebut.

Terkait dengan konsep kritik karya seni rupa, terdapat 3 bentuk yang menjadi 

daya pesona dalam sebuah karya.

a. Bentuk figuratif, yaitu bentuk alami yangg secara visual kita kenal sehari-hari, 

seperti manusia, hewan, tumbuhan, pemandangan, dsb.

b. Bentuk semi figuratif, yaitu bentuk yang sudah dikreasikan atau diubah dari 

kenyataan sesungguhnya, bisa berbentuk deformasi, distorsi, stilasi.

c. Bentuk non figuratif, yaitu bentuk-bentuk bermakna yang tidak alamiah 

sebagai fantasi visual perupa.

4). Prinsip Estetik

Kritik seni rupa juga bisa menanggapi karya berdasarkan prinsip seni rupa, 

berupa kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (ritme), penekanan 

(emphasis), proporsi (proportion) atau keselarasan (harmony) karya tersebut. 

5). Struktur Seni Rupa

Kritik seni rupa bisa berdasar pada struktur pembentukan sebuah karya, antara 

lain unsur seni, prinsip seni, tema, medium (bahan, alat dan teknik) termasuk gaya 

sang perupa. Secara konsep kritik karya seni rupa, struktur bisa dijadikan 

tanggapan sebuah karya. 

6). Unsur Seni Rupa

Seperti yang sudah kamu pelajari di materi sebelumnya yaitu unsu seni rupa 

berupa garis, raut (bidang dan bentuk), ruang, tekstur, warna atau gelap terang. 

Konsep kritik seni rupa juga dapat mengupas dari sisi kualitas visual karya 

tersebut.

7). Gaya Pribadi

Kritik seni dapat berdasarkan pada cara menuangkan ekspresi sang perupa dalam

Karyanya. Gaya atau aliran seni yang digeluti pada seniman bisa berupa realisme, 

naturalisme, ekspresionisme, impressionisme, dadaisme, ubisme, atau Abstrak 

(pointilisme, esensialisme, elementrisme, dsb). 

Kamis, 07 Oktober 2021

Pengertian Simbol dan Nilai Estetis dalam Karya Seni Rupa 3 Dimensi

 Nilai estetik atau nilai estetis merupakan bagian dari pengukuran keindahan dari sebuah karya seni rupa. Nilai estetik juga dapat diartikan sebagai segala hal yang dapat diserap panca indra manusia.

Dalam karya seni rupa tiga dimensi, terdapat juga simbol tertentu. Simbol adalah lambang yang mengandung arti dalam sebuah karya seni rupa. Simbol tersebut terdapat dalam beberapa bentuk karya seni rupa, seperti patung, tugu, dan monumen.

Lantas, apa yang dimaksud dengan simbol dan nilai estetis dalam karya seni rupa 3 dimensi? Apa saja jenis dan contohnya?

Arti & Jenis Nilai Estetis dalam Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Estetika merupakan unsur penting dalam karya seni. Estetika tidak semata-mata hanya terletak pada keindahan yang dapat dilihat mata. Perkembangan konsep dan bentuk karya seni membuat unsur estetika menjadi lebih kompleks.

Dengan mempelajari estetika dalam seni, diharapkan seseorang dapat menambah wawasan dalam mengapresiasi, mengkritik, dan berkarya seni secara lebih terbuka. Selain itu, dengan mendalami estetikasi, seseorang bisa menjadi sosok yang lebih menghargai hasil karya seni.

Mengutip penjelasan dalam modul Seni Budaya Kelas XI oleh Kemendikbud (2020:5), nilai estetis dalam karya seni rupa 3 dimensi dapat bersifat obyektif dan subyektif.

Nilai estetis obyektif berarti keindahan pada sebuah karya seni rupa sesuai dengan keadaan wujud yang sebenarnya dan dapat dilihat oleh mata. Sebuah karya seni rupa tersusun atas komposisi dari perpaduan warna yang serasi dan penempatan objek yang tepat. Perpaduan itu bisa menghasilkan keindahan visual dari sebuah karya seni rupa yang dapat dilihat oleh apresiator.

Sedangkan, nilai estetis subyektif berkaitan dengan keindahan karya seni rupa yang tidak terbatas pada aspek yang bisa dilihat mata. Jadi, nilai estetis subyektifJadi keindahan karya seni rupa yang ditentukan oleh selera penikmat atau seorang apresiator.

Sebagai contoh, kita tertarik dan menyukai sebuah seni rupa patung abstrak. Bahkan, kita tidak mengetahui objek yang ditunjukan dari karya seni rupa tersebut. Sedangkan, orang lain tidak tertarik kepada karya tersebut dan lebih tertarik pada karya lainnya. Perbedaan penilaian inilah yang disebut dengan nilai estetis bersifat subyektif terhadap karya seni rupa, yaitu ditentukan oleh selera penikmat.

Pengertian dan Contoh Simbol Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Simbol berasal dari bahasa Yunani “symballo” yang berarti menarik kesimpulan. Dalam karya seni rupa 3 dimensi, simbol merupakan lambang yang memiliki makna atau arti.

Sementara dikutip dari buku Seni Budaya Kelas X oleh Kemendikbud (2014:42), simbol memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:

Ø  Simbol adalah tanda terlihat yang menggantikan gagasan maupun objek tertentu.

Ø  Simbol aalah tanda atau isyarat yang menunjukan sesuatu seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek.

Ø  Simbol adalah segala hal yang memiliki arti atas dasar kesepakatan atau kebiasaan umum. Salah satu contohnya yaitu adanya lampu lalu lintas.

Ø  Simbol sebagai tanda konvensional, adalah sesuatu yang disepakati dan dibuat masyarakat atau kelompok individu berdasarkan standarisasi yang berlaku di masyarakat tersebut.

Ø  Dalam kajian seni rupa, simbol adalah makna yang terkandung dalam wujud objek maupun unsur-unsur dalam karya seni rupa. Contohnya yaitu putih melambangkan kesucian, patung kancil melambangkan kecerdikan, dan patung kuda melambangkan keberanian.

Beberapa jenis karya seni rupa 3 dimensi yang mempunyai makna simbol adalah patung, tugu dan monumen. Kebiasaan pembuatan patung, tugu, dan monumen sudah terjadi sejak zaman dahulu. Pembuatan seni rupa 3 dimensi tersebut untuk memperingati peristiwa penting yang telah terjadi.

Contoh karya seni rupa 3 dimensi yang memiliki makna simbol di Indonesia yaitu Tugu Proklamasi (Jakarta) yang bermakna perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan. Contoh yang lain adalah Tugu Khatulistiwa (Pontianak Barat) sebagai tanda lokasi yang dilalui garis khatulistiwa.


editor : Drs. Endar Setyawan, M.Pd. (SMK Bhiinneka Karya Solo)

Soal Seni Budaya Penilaian Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023

Soal Penilaian Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023 Mata Pelajaran : Seni Budaya Pengajar                     : Drs. Endar S...